Pengertian, Makna dan Konsep Iman Kepada Qada dan Qadar
Cariduit-dot -- Iman kepada Qadha’ dan Qadar merupakan aspek penting dari Akidah dan merupakan salah satu dari rukun iman yang enam. Keimanan seorang mukmin tidak akan sempurna tanpa menimani Qadha’ dan Qadar.
a. Makna Qadar
Qadar secara Bahasa berarti: Taqdiir (Kepastian), tafkir fii taswiyatil umuur (berfikir/reflesi dalam menyamakan suatu hal) Mablaghu Sya-i (ukuran/Jumlah sesuatu/benda) dan Hukum.
Qadar secara istilah adalah pengetahuan Allah tentang segala hal yang terjadi sebelum hal tersebut terjadi, dan mengetahui kapan terjadinya kejadian tersebut secara akurat, beserta sifat-sifat dan karakteristiknya, serta segala kejadian telah ditulis oleh Allah di Lauh Mahfudz.
Di dalam Al-Qur’an kata Al-Qadar muncul dalam beberapa bentuk dan makna antara lain: At-Tadyiq (menyempitkan), At-Ta’dhim (mengagungkan) Qs. Al-An’am, Al-Istito’ah Wa at-Taghalub wa At-tamakun. At-Tadbir (mengatur). At-Tahdid (membatasi), Al-Iradah (kehendak), Al-Qadha’ wal Ihkam (menetapkan atau menghukumi), As-Sun’u bi maqadir mu’ayyanah (menjadikan dengan ukuran tertentu
b. Makna Qadha
Qadha’ secara Bahasa berarti: Al-Hukmu, As-Shan’u, Al-Hatmu, al- bayan. Kata Qadha’ dalam al-Qur’an digunakan dalam menunjukkan beberapa arti antara lain:
- Al-Wasiyah wal Amr (wasiat dan perintah)
- Al-Ikhbar (mengabarkan)
- Al-Fi’lu (melaksanakan)
- Al-Wujub wal Hatmu (wajib)
- Al-Kitabah (Tulisan atau berarti telah ditentukan sebelumnya)
- Al-Itmam (menyempurnakan)
- Al-Fasl (pemisah)
- Al-Kholqu (penciptaan/menciptakan)
- Al-qotlu (membunuh)
Pendapat sebagian para ulama bahwa qadha’ merupakan ketentuan atau hukum Tuhan dalam azali.
Qadar atau yang sering disebut takdir, berarti ketentuan Tuhan.
Iman kepada qadha’ dan qadar artinya, kita percaya sepenuh hati bahwa semua kejadian yang ada di dunia ini merupakan takdir atau ketentuan Allah. Tidak satupun kejadian yang terjadi di luar ketentuan Allah.
2. Perbedaan Qadha’ dan Qadar
Ulama berbeda pandangan terkait apakah Qadha’ dan Qodar berbeda secara istilah atau sama. Ada beberapa pandangan antara lain:
- Mengatakan bahwa Qadar adalah ketetapan Allah sejak zama azali, sedangkan Qadha’ adalah kejadian yang menimpa makhluk sesuai dengan ketetapan Allah.
- Menyatakn sebaliknya, Qadha’ adalah ketetapan Allah sejak zaman azali, dan qadar adalah ketentuan Tuhan dalam kenyataan
- Bahwa dua kata tersebut adalah sama tidak berbeda sama sekali.
3. Rukun Iman Kepada Qadha’ dan Qadar prinsip dasar atau rukun dari iman kepada Qadha’ dan Qadar yaitu ada empat:
a al-‘ilmu yaitu percaya dengan ‘ilmu (Pengetahuan) Allah yang mendahului segala kejadian.
b al-Kitabah. Yaitu percaya dan yakin bahwa Allah telah menuliskan segala sesuatu sebelum segala sesuatu tersebut terjadi.
c Al-Masyi’ah
Yaitu Percaya Kehendak Allah yang berlaku pada setiap makhluk-Nya. Yaitu percaya bahwa kehendak Allah yang menjadi penentu atau pengendali nasib setiap
d Al-Khalqu (penciptaan)
Yaitu Percaya bahwa Allah adalah pencipta segala sesuatu. Bahwa semua yang ada di alam semesta ini adalah ciptaan atau makhluk Allah. Yang diciptakan oleh Allah dari tiada.
4. Hal-Hal Yang Terkait dengan Pembahasan Qadha’ dan Qadar
a. Bebaskah Manusia atau Terikat?
Bahwa manusia tidaklah bebas di dunia ini. Segala rancangan yang dilakukannya di dalam ikhtiar hidupnya, hanya dapat berjalan jika sesuai dengan rancangan yang lebih besar, sehingga kemudian ternyata bahwa rancangan manusia itu hanya bahagian kecil saja daripada rancangan yang besar.
Pada aliran ilmu kalam yang memunculkan beberapa kelompok pandangan, antara lain:
Jabariyah : kelompok yang mengatakan manusia ini dalam perbuatannya terikat dan hanaya seperti ”wayang”
yang mengikuti dalang.
Qodariyah : berpendapat sebaliknya bahwa manusia ini punya kebebasan dan kekuasaan dalam perbuatannya
Ahlu sunah waljamaah :kelompok yang mengambil jalan tengah, bahwa manusia punya kehendak akan tetapi manusia juga terikat dengan ketentuan dan ketetapan ) Qadha’ dan Qadar Allah.
b. Hukum Sebab dan Akibat
Istilah dalam alam filsafat yang terkenal dengan kata ”sebab-akibat”. Dalam ilmu kalam istilah yang populer digunakan adalah illat dan ma’lul.
c. Adakah Manusia Bebas dan Kuasa ?
Kaum Qadariyah berpandangan bahwa manusia bebas mempergunakan pikiran dan berbuat sendiri. Buruk dan baik nasib kita, janganlah selalu dipertanggungjawabkan kepada Tuhan. “Nasib kita adalah di tangan kita sendiri”.seperti hal nya kita dari kecil tidak mau menuntut ilmu maka jangan salahkan jika menjadi orang bodoh.maka dari pada itu yang buruk janganlah dipertanggungjawabkan kepada Tuhan..
Kaum Jabariyah, mencabut segala daya dan upaya dari diri manusia. Kita di dunia ini hanyalah ibarat kapas diterbangkan angin. Angin takdir yang mutlak dan seragam. Sehingga jika kita baik, adalah baik karena taqdir Tuhan, bukan karena ikhtiar usaha kita. Jika kita menjadi jahat, adalah karena ditaqdirkan jahat oleh Tuhan. Miskin dan kaya, naik dan jatuh, mulia dan hina, semuanya mutlak di bawah kuasa Tuhan Semesta Alam.
d. Manusia sebagai sebahagian dari alam
Manusia adalah sebahagian dari alam, yang merupakan isi bumi. Manusia hanya ada dalam bumi. Dia ditempa dari tanah, sebagaimana halnya benda-benda bernyawa yang lain, dalam bumi. Memang ada pula di atara ahli pikir, seperti Darwin (teori Darwin) mengatakan bahwa mungkin asal-usul manusia itu sama dengan monyet. Lalu di antara beribu macam makhluk itu, kepada manusia pula diberikan Tuhan suatu alat yang menurut penyelidikan, belum diberikan Tuhan kepada yang lain. Alat itu adalah akal.
Akal adalah kepunyaan Allah yang dipinjamkan- Nya kepada diri manusia, karena akal itu akan dipergunakan oleh manusia dalam memahami Allah, yakni qudrat iradat-Nya yang lebih besar, lebih tinggi dan lebih jauh dalam keseluruhannya.
e. Adil atau Aniaya
Jika caranya manusia berpikir hanya menurut ukuran diri sendiri, tidak dibawa kepada ukuran yang lebih besar, segala sesuatu akan tampak tidak adil. Ketidakadilan bukanlah terdapat dalam soal itu sendiri, akan tetapi terdapat dalam jiwa manusia, karena manusia bersangkutan egoistis sendiri. Keputusan tentang adil dan tidak adil, nyatalah sebuah diskusi yang mendapat jalan buntu jika diserahkan kepada ”banyak tangan”.
f. Manusia Tidak Berkuasa?
semua manusia iadalah juyusy Allah, tentara Tuhan. Tuhanlah jenderal dari segala jenderal. Tepat sekali apa yang disebut dalam kitab Taurat bahwa Tuhan adalah ”Tuhan segala tentara” (Hamka, 1978: 307).
g. Ayat-ayat taqdir dan ikhtiar
Ada beberapa ayat al-Qur’an yang menunjukkan kecenderungan umat manusia dalam menggunakan pikirnya. Beberapa di antaranya disalinkan di bawah ini:
1. Ayat-ayat taqdir:
خَتَمَ اللّٰهُ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ وَعَلٰى سَمْعِهِمْ ۗ وَعَلٰٓى اَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَّلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيْمٌ
Artinya: Telah mengunci Allah atas hati mereka dan atas pendengaran mereka, dan atas penglihatan mereka telah tertutup, dan bagi mereka azab yang berat (Al- Baqarah : 7)
وَلَا يَنْفَعُكُمْ نُصْحِيْٓ اِنْ اَرَدْتُّ اَنْ اَنْصَحَ لَكُمْ اِنْ كَانَ اللّٰهُ يُرِيْدُ اَنْ يُّغْوِيَكُمْ ۗهُوَ رَبُّكُمْ ۗوَاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ
Artinya: Dan tidaklah akan memberi manfaat kepada kamu nasihat-nasihatku sekalipun aku mau memberi nasihat kepada kamu jika Allah ta’ala berkehendak menyesatkan kamu. Dialah Tuhan kamu dan kepadaNyalah kamu akan kembali semuanya (Q.S Hud : 34)
اَفَمَنْ حَقَّ عَلَيْهِ كَلِمَةُ الْعَذَابِۗ اَفَاَنْتَ تُنْقِذُ مَنْ فِى النَّارِ ۚ
Artinya: Maka apakah engaku (engkau hendak merubah nasib) orang-orang yang telah pasti atasnya kalimat siksa? Apakah engkau (Muhammad) hendak mengeluarkan orang yang telah dalam neraka? (Q.S Az-Zumar : 19)
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِيْ كُلِّ اُمَّةٍ رَّسُوْلًا اَنِ اعْبُدُوا اللّٰهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوْتَۚ فَمِنْهُمْ مَّنْ هَدَى اللّٰهُ وَمِنْهُمْ مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلٰلَةُ ۗ فَسِيْرُوْا فِى الْاَرْضِ فَانْظُرُوْا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِيْنَ
Artinya: Dan sesungguhnya telah mengutus Kami seorang Rasul untuk tiap-tiap ummat, untuk menyerukan sembahlah Allah, dan jauhilah Taghut Kemudian di antara mereka ada yang diberi hidayat Allah dan diantara mereka ada pula orang yang telah pasti akan kesesatan" (Q.S An-Nahl : 36)
Artinya: Tetapi kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali apabila dikehendaki Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana" (Q.S Ad-Dahr : 30)
2. Ayat-ayat ikhtiar
Artinya: Sesungguhnya kami, telah menunjukkan kepadanya jalan lurus. Ada yang bersyukur dan ada pula yang kufur (Q.S Ad-Dahr : 3)
Artinya: "Sungguh, inilah jalanku yang lurus, maka ikutilah oleh kamu akan di. Dan janganlah mengikut jalan-jalan lain,yang akan menceraiberaikan kamudari jalanNya. Demikianlah diwasiatkaNya kepadamu supaya kamu bertaqwa" (Q.S al-An’am: 153)
Artinya: Maka barang siapa menghendaki beriman, maka hendaklah dia beriman. Dan barang siapa yang menghendaki kafir, maka biarkanlah dia kafir" (Q.S Al-Kahfi : 29)
Artinya: Ðan barang siapa berbuat kejahatan dan menganiaya akan dirinya, kemudian itu memohon ampunan kepada Allah, niscaya dia akan mendapatkan Allah Maha Pemberi Ampun dan Penyayang. Dan barang siapa berbuat dosa, maka sesungguhnya dia mengerjakannya untuk kesulitan dirinya sendiri. Dan adalah Allah Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana” (Q.S An-Nisaa’ : 110-111)
Artinya: "Sesungguhnya Allah tidaklah akan merobah apa yang ada pada suatu kaum, sebelum mereka merobah apa yang ada pada diri mereka" (Q.S Ar-Ra’d : 11)
Kedua pasangan ayat ini, lima ayat taqdir dan lima ayat ikhtiar, adalah benar. Keduanya dalam al Qur’an, dan tidak ada perlawanan. Kalau timbul persangkaan bahwa dia berlawanan, bukanlah seperti yang demikian adanya, melainkan pikiran kita yang memikirkannya justru yang berlawanan.
Hikmah yang dapat kita petik dari iman kepada qadha’ dan Qadar adalah:
- Tawakkal kepada Allah ketika melakukan ikhtiar sesuatu terjadi pada hakikatnya karena kehendak Allah.
- Iman kepada Qadha’ dan Qadar, menjadikan manusia tidak merasa sombong dan ujub. keberhasilannya adalah karunia dari Allah dan telah ditakdirkan oleh Allah.
- Tenang dan nyaman (secara psikologis) dengan apa yang terjadi padanya yang merupakan takdir Tuhan Yang Maha Kuasa, maka dia tidakmengeluh dengan hilangnya sesuatu yang dia sukai atau ketika mendapatkan sesuatu yang dia benci.
- Menerima setiap musibah dengan ridho dan lapang dada, karena yakin bahwa itu merupakan ketentuan Allah, maka sepenuhnya diserahkan dan dikembalikan kepada Allah.
- Iman kepada Qada’ dan Qadar dapat menghindari dari perbuatan Syirik, alam semesta beserta isinya ini berasal dari tuhan Yang Esa dan satu-satunya Tuhan yang Wajib disembah.
Setelah menyimak materi Qodho dan Qodar diatas ada beberapa miskonsepsi yang memang pemahaman ini memerlukan penjelasan lebih detail dan sesuai dalil yang mungkin hanya dipahami sebagian orang saja, salah satunya adalah tentang bagaimana cara memaknai taqdir.
Ketika seorang ditanya kenapa anda pintar, maka jawabannya”taqdir” kenapa anda bodoh? Jawabannya” taqdir” kenapa anda kaya? Jawabnya taqdir, dan masih banyak lagi miskonsepsi seputar taqdir manusia.
Nah, bebrapa contoh tersebut merupakan salah bukti bahwa sebagian orang masih awam dengan konsep taqdir hingga masalah ini sampai ke peserta didik dan bagaimana tugas guru menjelaskannya dengan lebih detail, lebih jelas agar mereka juga sudah paham tentang konsep taqdir.
Pernah saya tanya ke seorang siswa, padahal dia adalah anak rajin, aktif organisasi. Namun ketika nilai ulangannya masih dibawah KKM, dia jawab” bahwa nilai saya itu sudah taqdir” bahwa kemampuan saya sampai disini (alias mentok) mungkin inilah taqdir saya (tidak pintar).
Percakapan diatas hanyalah satu contoh masalah taqdir yang masih kurang dipahami oleh siswa, mungkin karena kurang jelasnya materi tqdir yang dibahas oleh guru.
Post a Comment for "Pengertian, Makna dan Konsep Iman Kepada Qada dan Qadar"
Semoga bermanfaat, silahkan bagikan artikel ini. Mohon berkomentar yang relevan, tinggalkan saran, atau masukannya