Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cara Menerapkan Model Pembelajaran dalam Proses Belajar Mengajar

Cara Menerapkan Model Pembelajaran dalam Proses Belajar Mengajar
Pixabay.com

Cariduit-dot -- Model pembelajaran merupakan bentuk pola atau contoh perilaku pembelajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model tersebut bisa digunakan guru sebagai pedoman dan diterapkan sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Singkatnya, model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas.

Model Pembelajaran dan Berpikir Ilmiah

Model-Model Pembelajaran

Sesuai dengan Permendikbud Nmor 103 Tahun 2014, bahwa Kurikulum 2013 menggunakan tiga model dalam pembelajaran. Dengan model tersebut peserta didik dapat membentuk perilaku saintifik, perilaku sosial serta mengembangkan rasa keingintahuan. Ketiga model tersebut adalah:

  • model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
  • model Pembelajaran Berbasis Projek (Project Based Learning)
  • model Pembelajaran Melalui Penemuan (Discovery/Inquiry Learning).  

Dikembangkan pula  model pembelajaran Production Based Education atau Production Based Trainning (PBE/PBT).

Ciri khusu model pembealajaran:

  1. Rasional teoretis logis. Bahwa ciri model pembelajaran haru merupakan teori berpikir yang masuk akal.
  2. Harus mempunyia landasan berpikir,  apa dan bagaimana siswa belajar. Model pembelajaran harus jelas tujuannya, termasuk bagaimana cara agar siswa belajar dengan baik  dan bisa memecahkan suatu masalah pembelajaran.
  3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan. Agar menjadi cita-cita mengajar selama ini dapat berhasil dalam pelaksanaannya.
  4. Lingkungan belajar. Model pembelajaran mempunyai lingkungan belajar yang kondusif serta nyaman, sehingga suasana belajar dapat menjadi salah satu aspek penunjang apa yang selama ini menjadi tujuan pembelajaran.

Penerapan Model Pembelajaran

Dalam menentukan dan memilih model pembelajaran sangat dipengaruhi karakter KD,  tujuan belajar, sifat dari materi yang akan diajarkan, dan kemampuan peserta ddidiknya sendiri.

Model pembelajarn mempunyai  beberapa tahap yang dapat dilakukan peserta didik dengan dibimbing langsung oleh guru. Perlu diingat, bahwa Tidak semua model pembelajaran bisa atau tepat digunakan untuk semua KD.

Model pembelajaran tertentu hanya tepat digunakan untuk materi pembelajaran tertentu. Sebaliknya materi pembelajaran tertentu akan dapat berhasil maksimal jika menggunakan model pembelajaran tertentu.

Guru harus menganalisis rumusan setiap KD dalam menentukan model pemealajarn, apakah apakah menggunakan model  Discovery atau Inquiry Learning, Problem Based Learning atau model Project Based Learning.

Rambu-rambu Penentuan Model Pembelajaran

1. Model Discovery/Inquiry Learning

  • Pernyataan KD di KI-3 dan KD di KI-4 mengarah kepencarian atau penemuan
  • Pernyataan KD di KI-3 menitikberatkan pada pemahaman pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan dimungkinkan sampai metakognitif
  • Pernyataan KD di KI-4 pada taksonomi mengolah dan menalar.

2. Problem based learning dan project based learning

  • KD dari KI-3 dan KD di KI-4 diarahkan pada hasil karya berbentuk produk
  • KD di KI-3 mengarah pada bentuk pengetahuan metakognitif
  • KD di KI-4 mengarah pada taksonomi menyaji dan mencipta
  • KD di KI-3 dan KD di KI-4 yang memerlukan persyaratan penguasaan pengetahuan konseptual dan prosedural

Model pembelajaran memiliki  langkah kerja (syntax) tersendiri. Berikut penejelasannya:

a. Model penyingkapan/penemuan (Discovery/ Inquiry Learning)

Model Discovery Learning adalah menitikberakan pada pemahaman konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif hingga sampai kesimpulan (Budiningsih, 2005:43).

Discovery terjadi bila peserta didik terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery digunakan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan mengambil kesimpulan.

Fase model Discovery Learning

  1. Pemberian rangsangan (Stimulation)
  2. Pernyataan/Identifikasi masalah (Problem Statement)
  3. Pengumpulan data (Data Collection)
  4. Pembuktian (Data processing danVerification)
  5. Menarik simpulan/generalisasi (Generalization).

Fase model Inquiry Learning Terbimbing

Sebagaimana yang dijelaskan oleh Joice  Wells, Inquiry Leraning Terbimbing adalah model yang dirancang membawa peserta didik dalam proses penelitian melalui penyelidikan dan penjelasan dalam setting waktu yang singkat (Joice &Wells, 2003).

Pembelajaran Inkuri melibatkan kemampuan siswa secara maksimal untuk mencari dan menyelidiki sesuatu secara sistematis, kritis dan logis. Peserta didik dapat merumuskan sendiri temuannya.
Fase model inkuiri meliputi:

  1. Orientasi masalah
  2. Pengumpulan data dan verifikasi
  3. Pengumpulan data melalui eksperimen
  4. Pengorganisasian dan formulasi eksplanasi
  5. Analisis proses inkuiri.

b. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

Model ini memaksimalkan kemampuan berpikir peserta didik secara individu maupun kelompok serta lingkungan nyata untuk mengatasi permasalahan sehingga peserta didik dapat mengambil maknanya serta relevan, dan kontekstual (Tan Onn Seng, 2000). 

Problem Based Learning digunakan dalam pemecahan masalah yang kompleks, masalah nyata dengan menggunakan pendekataan studi kasus. Peserta didik melaksanakan penelitian sekaligus mencari soluisnya. (Bernie Trilling & Charles Fadel, 2009: 111).

Tujuan PBL yaitu meningkatkan kemampuan siswa pada permasalahan nyata, yang terintegrasi  High Order Thinking Skills (HOTS), rasa ingin dalam belajar, belajar mandiri (Norman and Schmidt).
Fase PBL menurut Bransford and Stein (dalam Jamie Kirkley, 2003:3) terdiri atas:

  1. Mengidentifikasi masalah
  2. Menetapkan masalah melalui berpikir tentang masalah dan menyeleksi informasi-informasi yang relevan
  3. Mengembangkan solusi melalui pengidentifikasian alternatif-alternatif, tukar-pikiran dan mengecek perbedaan pandang
  4. Melakukan tindakan strategis, dan Melihat ulang dan mengevaluasi pengaruh-pengaruh dari solusi yang dilakukan.

Fase model Problem Solving Learning menurut Trouble Shooting (David H. Jonassen, 2011:93)

  1. Merumuskan uraian masalah
  2. Mengembangkan kemungkinan penyebab
  3. Mengetes penyebab atau proses diagnosis
  4. 4Mengevaluasi.

Perpaduan Sintak Metode dengan Proses Berpikir Ilmiah (Saintifik) Pelaksanaan pembelajaran dengan proses berpikir ilmiah (saintifik)

Langkah-langkahnya:

  1. Mengamati, kemampuan awal peserta didik dalam mengumpulkan informasi dengan tujuan untuk dapat mengidentifikasi masalah, yang kegiatan belajarnya dapat dilakukan dengan menanya,mengamati, dan atau menalar terhadap objek yang dipelajarinya. 
  2. Menanya, bertujuan membentuk kemampuan siswa dalam merumuskan masalah atau merumuskan hipotesis. Contoh kegiatan belajarnya seperti membaca buku, shop manual, menanya dalam kegiatan diskusi, atau menanya pada diri sendiri maupun langsung pada orang lain seperti ke guru, orang lain.
  3. Mengumpulkan data, melatih  kemampuan siswa dalam menguji rumusan masalah atau hipotesis, seperti dengan wawancara, menyebarkan kuesioner, mengamati data skunder, melakukan uji coba (eksperimen), observasi lapangan.
  4. Mengasosiasi, Memebentuk kemampuan siswa dalam menyimpulkan hasil kajian rumusan masalah dan atau hipotesis. Contoh kegiatannya seperti pengurutan (sorting), menghitung, membagi, dan menyusun data dalam bentuk yang lebih informatif, serta menentukan sumber data sehingga lebih bermakna.
  5. Mengomunikasikan, kemampuan peserta didik dalam mempertanggungjawabkan atau memformulasikan pembuktian rumusan masalah dan hipotesis, dengan  mendeskripsikan dan menyampaikan hasil temuannya dari kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan dan mengolah data, serta mengasosiasi yang ditujukan kepada orang lain baik melalui lisan atau tulisan.

Contoh

Langkah sinkronisasi proses berpikir ilmiah (saintifik) dengan model pembelajaran yang dipilih atas dasar hasil analisis, dapat menggunakan matrik sebagai pertolongan sebelum dituliskan menjadi kegiatan inti pada RPP. Berikut panduannya:

  1. Memilih pasangan KD dari mapel yang diampu sesuai analisis keterkaitan KI-KD, silabus dan buku peserta didik.
  2. Rumuskan IPK dari KD di KI-3 dan KD di KI-4 sesuai dengan level pengetahuan dan dimensi kategori pengetahuan serta keterampilan yang terkandung di masing-masing KD.
  3. Petakan pemilihan model pembelajaran sesuai KD mempertimbangkan rambu pemilihan model pembelajaran.
  4. Pilih model pembelajaran sesuai KD
  5. Tentukan kegiatan peserta didik dan kegiatan guru sesuai dengan langkah yang dipilih.

Penentuan Model Pembelajaran Mata Pelajaran: PAI Kelas: IX

KD 3.1 Q.S. Ali Imran (3): 159 “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) 

a. KD-3.1 menitik beratkan pada pemahaman pengetahuan konseptual dan prosedural. 

b. KD 4.1 Pernyataan KD4 pada taksonomi keterampilan kongkret pada gradasi membiasakan membaca ayat Alquran sesuai dengan kaedah tajwid dan makhrajul huruf KD

4.1 Membaca Q.S. Ali Imran (3): 159 sesuai dengan kaedah tajwid dan makhrajul huruf

Contoh Tabel Proses berpikir ilmiah:

Cara Menerapkan Model Pembelajaran dalam Proses Belajar Mengajar

Post a Comment for "Cara Menerapkan Model Pembelajaran dalam Proses Belajar Mengajar"