Konsep dan Penerapan Penilaian Autentik pada Aspek Sikap, Pengetahuan dan Keterampilan
Konsep dan Penerapan Penilaian Autentik |
A. Pengertian Penilaian Autentik
Penilaian Autentik merupakan bentuk penilaian yang menghendaki peserta didik menampilkan sikap, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari pembelajaran yang sesungguhnya.
Penilaian authentik dilakukan secara komprehensif untuk menilai input, proses dan keluaran, yang mengukur hasil belajar peserta didik meliputi aspek sikap, pengetahuan dan ketrampilan.
Menurut (Supardi, 2015) mengungkapkan bahwa autentik assesment adalah suatu assessment hasil belajar yang menuntut peserta didik menunjukkan prestasi dan hasil belajar berupa kemampuan dalam kehidupan nyata dalam bentuk kinerja atau hasil kerja (http://download.garuda.ristekdikti.co.id)
Adapun menurut Jon Mueller (Mueller, 2006) penilaian autentik merupakan suatu bentuk penilaian yang para peserta didiknya diminta untuk menampilkan tugas pada situasi yang sesungguhnya yang mendemonstrasikan penerapan keterampilan dan pengetahuan essensial yang bermakna. http://download.garuda.ristekdikti.co.id
Makna autentik adalah kondisi nyata sesungguhnya yang berkaitan dengan kemampuan peserta didik. Peserta didik diberi kesempatan dalam menilai kemampuan atau prestasi mereka sendiri. Berati, pada penilaian authentik lebih ditekankan pada proses belajar.
B. Macam Penilaian Autentik
Kurikulum 2013 menerapkan penilaian autentik untuk menilai kemajuan belajar peserta didik yang meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan, teknik dan instrumen yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :
1. Teknik dan instrumen yang digunakan penilaian sikap
a. Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung
b. Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri.
c. Penilaian antar peserta didik merupakan teknik penilaian antar peserta didik terkait dengan pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antar peserta didik.
d. Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku.
e. Wawancara merupakan komunikasi antara dua orang, melibatkan pendidik yang ingin memperoleh informasi dari peserta didik dengan mengajukan pertanyaan.
2. Teknik dan instrumen penilaian kompetensi keterampilan.
Guru menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu menuntut peserta didik mendemonstrasikan kompetensi dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio.
Instrumen yang digunakan berupa daftar cek/ skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik.
a. Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan melakukan suatu aktivitas
b. Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan.
c. Penilaian portofolio adalah penilaian yang menilai kumpulan seluruh karya peserta didik yang bersifat reflektif-integratif untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi, kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu.
3. Teknik dan instrumen penilaian kompetensi pengetahuan.
Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan.
a. Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan, dan uraian.
b. Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan.
c. Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.
C. Penilaian Berorientasi HOTS
Penilaian sikap pada pembelajaran yang berorientasi HOTS tidaklah merubah konsep penilaian sikap pada Kurikulum 2013 yang telah dipahami oleh guru selama ini. Penilaian sikap dilakukan bersamaan dengan kegiatan pembelajaran yang dirancang dari KD yang berasal dari KI-3 dan KI-4 yang berpasangan.
1. Pengertian HOTS
Soal-soal HOTS merupakan instrumen pengukuran yang digunakan mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitu kemampuan berpikir yang tidak sekadar mengingat (recall), menyatakan kembali (restate), atau merujuk tanpa melakukan pengolahan (recite). Soal-soal HOTS
pada konteks asesmen mengukur kemampuan: transfer satu konsep ke konsep lainnya, memproses dan menerapkan informasi, mencari kaitan dari berbagai informasi yang berbeda-beda, menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah, dan menelaah ide dan informasi secara kritis.
Dari dimensi pengetahun, soal HOTS mengukur dimensi metakognitif, tidak sekadar mengukur dimensi faktual, konseptual, atau prosedural saja. Dimensi metakognitif menggambarkan kemampuan menghubungkan beberapa konsep yang berbeda, menginterpretasikan, memecahkan masalah (problem solving), memilih strategi pemecahan masalah, menemukan (discovery) metode baru, berargumen (reasoning), dan mengambil keputusan yang tepat.
2. Karakteristik Soal HOTS
a. Mengukur kemampuan tingkat tinggi
Kemampuan berpikir tingkat tinggi yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah (problem solving), keterampilan berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creative thinking), kemampuan berargumen (reasoning), dan kemampuan mengambil keputusan (decision making).
HOTS bukan sekedar berfikir taraf menghafal/ mengingat Kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan kompetensi penting yang dituntut dimiliki peserta didik pada zaman modern. Adapun kreativitas menyelesaikan permasalahan dalam HOTS, terdiri atas: a) kemampuan menyelesaikan permasalahan yang tidak familiar, b) kemampuan mengevaluasi strategi yang digunakan untuk menyelesaikan masalah, c) menemukan model-model penyelesaian baru.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat dilatih dalam proses pembelajaran di kelas, untuk itu tujuan peserta didik memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi, maka proses belajar kepada peserta didik untuk menemukan konsep pengetahuan berbasis aktivitas.
b. Berbasis masalah kontekstual
Soal-soal HOTS merupakan asesmen yang berbasis situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari, peserta didik dapat menerapkan konsep pembelajaran di kelas dalam menyelesaikan masalah.
5 (lima) karakteristik asesmen kontekstual, yang disingkat REACT.
- Relating, asesmen berhubungan langsung dengan konteks pengalaman hidup nyata.
- Experiencing, ditekankan kepada penggalian (exploration), penemuan (discovery), dan penciptaan (creation).
- Applying, menuntut kemampuan peserta didik dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di dalam kelas untuk menyelesaikan masalah nyata.
- Communicating, kemampuan peserta didik mampu mengomunikasikan model pada kesimpulan konteks masalah.
- Transfering, kemampuan peserta didik mentransformasi konsep-konsep pengetahuan dalam kelas ke situasi konteks baru.
c. Meningkatkan dan mengembangkan HOTS, sikap dan perilaku positif dari peserta didik.
d. Proses penilaian terintegrasi dengan proses pembelajaran dan bersifat on going
e. Menggunakan bentuk soal yang beragam. Soal beragam dimaksudkan agar dapat memberikan informasi yang lebih rinci dan menyeluruh.
3. Tingkatan Kognitif
Anderson & Krathwohl (2001) mengklasifikasikan dimensi proses berpikir:
1. HOTS
- Mengkreasi: Mengkreasi ide/gagasan sendiri. Kata kerja : mengkontrusi, desain, mengembangkan, menulis, memformulasikan
- Mengevaluasi: Mengambil keputusan sendiri. Kata kerja : evaluasi, menilai, menyanggah, memutuskan, memilih, mendukung
- Menganalisis: Menspesifikasi aspek-aspek / elemen. Kata kerja: membandingkan, memeriksa, mengkritisi, menguji
2. MOTS
- Mengapikasi: Menggunakan informasi pada domain berbeda Kata kerja : menggunakan, mendemontrasikan, mengilustrasikan, mengoperasikan.
- Memahami: Menjelaskan ide atau konsep. Kata kerja : menjelaskan, mengklasifikasi, menerima, melaporkan.
3. LOTS
- Mengetahui: Mengingat kembali. Kata kerja: mengingat, mendaftar, mengulang, menirukan.
Level Kognitif
a. Pengetahuan dan Pemahaman (Level 1) Level (C1) dan (C2). Ciri-ciri soal pada level 1 adalah mengukur pengetahuan faktual, konsep, dan procedural.
b. Aplikasi (Level 2) berpikir menerapkan atau mengaplikasikan (C3).
c. Penalaran (Level 3) Level penalaran merupakan level kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS).
D. Penyusunan Soal HOTS
Penyusunan soal HOTS untuk mengukur ranah kognitif , ranah afektif, dan ranah psikomotorik, Berikut penjelasannya:
1. Penilaian Kognitif
Dalam penulisan soal HOTS, dibutuhkan penguasaan materi ajar, keterampilan dalam menulis soal (kontruksi soal), dan kreativitas guru dalam memilih stimulus soal sesuai dengan situasi dan kondisi daerah di sekitar satuan pendidikan. Berikut dijelaskan langkah-langkah penyusunan soal-soal HOTS.
a. Menganalisis KD untuk dibuat soal HOTS
Guru-guru secara mandiri atau melalui forum KKG/MGMP dapat melakukan analisis terhadap KD yang dapat dibuatkan soal-soal HOTS.
b. Menyusun kisi-kisi soal sebagai panduan guru dalam:
- memilih KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS
- merumuskan IPK
- memilih materi pokok yang terkait dengan KD yang akan diuji
- merumuskan indikator soal
- menentukan level kognitif
- menentukan bentuk soal dan nomor soal
c. Memilih stimulus yang menarik dan kontekstual
Stimulus yang menarik umumnya baru, karena belum pernah dibaca oleh peserta didik, sedangkan stimulus kontekstual berarti yang sesuai dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari, menarik, mendorong peserta didik untuk membaca, dan guru dapat memilih stimulus dari lingkungan sekolah atau daerah setempat.
e. Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban
Setiap butir soal HOTS yang ditulis hendaknya dilengkapi dengan pedoman penskoran atau kunci jawaban.
2. Penilaian Afektif
Penilaian sikap mengacu pada dua aspek kompetensi sikap yaitu kompetensi inti 1 (KI 1) dan kompetensi inti 2 (KI 2). Teknik penilaian sikap pada Kurikulum 2013 meliputi: observasi, catatan kejadian tertentu (incidental record), penilaian antar teman, penilaian diri dan wawancar. Hasil observasi guru terhadap sikap siswa yang menonjol (positif maupun negatif) saat pembelajaran dicatat dalam jurnal harian.
Pengamatan sikap dilakukan oleh pendidik/guru pada saat pelaksanaan pembelajaran yang berlangsung. Pada kompetensi sikap, terdapat penilaian utama. Penilaian utama diperoleh dari observasi harian yang ditulis di dalam jurnal harian.
Pengertian Sikap
Sikap yaitu dari perasaan suka atau tidak suka yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespon objek. Sikap merupakan ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang.
Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni: afektif, kognitif, dan konatif. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya terhadap sesuatu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai objek. Adapun komponen konatif adalah kecenderungan atau kesiapan untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap.
3. Penilaian Keterampilan
Dalam proses penilaian keterampilan, sudah tentu ada aspek HOTS di dalamnya, contoh penilaian seperti teknik praktik, produk dan proyek, karena prosesnya ada kreativitas, ada proses transfer knowledge dan ada proses penyelesaian masalah. Jadi proses penilaian keterampilan bisa mencakup aspek transfer knowledge, critical thinking dan creativity serta problem solving.
Adapun langkah langkah penilaian kinerja :
- identifikasi semua langkah-langkah penting yang diperlukan
- tentukan perilaku kemampuan-kemampuan spesifik
- usahakan untuk membuat kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur
- definisikan dengan jelas kriteria kemampuan yang akan diukur
- urutan kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang dapat diamati.
Contoh instrumen Penilaian Sikap
a. Panilaian Praktik
Format Penilaian Praktik Wudhu:
- KD: 4.9 Mempraktikan wudu dan doanya dengan tertib dan benar
- Materi: Tata cara wudhu
- Indikator: 1. Melalui pengalaman berlatih wudu, peserta didik mampu mempraktikan wudu dengan baik dan benar
- Aspek yang diukur: Niat wudhu, mencuci tangan, berkumur, mencuci hidung, mencuci muka.
e. Peran Soal HOTS
Bentuk instrumen yang berbasis HOT mempunyai banyak manfaat bagi perkembangan kemampuan belajar siswa. Berikut ini peran soal HOT dalam perkembangan belajar peserta didik:
1. Mempersiapkan kompetensi peserta didik menyongsong abad ke-21. Penilaian yang dilaksanakan oleh satuan pendidikan diharapkan dapat membekali peserta didik untuk memiliki sejumlah kompetensi yang dibutuhkan pada abad ke-21.
2. Memupuk rasa cinta dan peduli terhadap kemajuan daerahnya masing-masing, dalam penilaian guru diharapkan bisa mengembangkan soal HOTS secara kreatif.
3. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik kemudian hendaknya pendidikan formal di sekolah dapat menjawab tantangan di masyarakat sehari hari.
4. Meningkatkan mutu Penilaian, karena penilaian yang berkualitas akan dapat meningkatkan mutu pendidikan. Oleh karena itu jika siswa dibiasakan dengan soal-soal HOTS maka diharapkan dapat berpikir kritis dan kreatif.
Refleksi
Alhamdulillah setelah membaca materi diatas banyak ilmu yang saya dapat terutama dalam konsep dan penerapan nilai Authentik, namun berdasarkan yang saya alami sendiri saya sendiri belum bisa membuat instrumen penilaian secara keseluruhan, meskipun mengamati prilaku peserta didik namun belum menuliskannya pada lembar instrumen penilaian yang dituntut oleh kurikulum 2013.
Masalah lain yang sering terjadi adalah belum menuliskan prilaku peserta didik pada instrumen KI-2, belum mengembangkan instrumen penilaian. Intinya berdasarkan hasil wawancara dengan guru yang lain menunjukkkan bahwa penerapan penilaian autentik pada kurikulum 2013 belum diterapkan sepenuhnya.
Guru hanya menggunakan instrumen penilaian pada aspek pengetahuan, sementara untuk aspek sikap dan keterampilan belum digunakan.
Mungkin beberapa upaya yang bisa dilakukan agar guru lebih memahami lagi tentang penilaian Kurikulum 2013 baik yang dilaksanakan oleh sekolah itu sendiri maupun pemerintah, seperti:
- Diadakannya pelatihan mengenai Kurikulum 2013 dengan masteri khusus penilaian, sehingga guru lebih paham dan bisa diterapkan dalam KBM
- Sebaiknya Pemerintah tidak terlalu sering melakukan revisi terhadap Kurikulum 2013 agar tidak membingungkan guru dan peserta didik
- Mengurangi aspek pada instrumen penilaian.
Nah, yang saya rasakan jika terlalu banyak instrumen penilaian kemudian proses penilain tersebut dilakukan bersamaan dengan proses pembelajaran membuat malah membuat guru kesulitan dalam melakukan penilaian, terutama jika dilihat dari efektivitas waktu. Penilaian pada dasarnya melihat tiga aspek yaitu: Afektif, Kognitif dan psikomotor yang dapat dilihat dari proses interasi yang terjadi antara pendidik dan peserta didik setiap hari tampa harus menggunakan lembar instrumen yang banyak
Semoga bermanfaat
Penulis: Toto H.
Post a Comment for "Konsep dan Penerapan Penilaian Autentik pada Aspek Sikap, Pengetahuan dan Keterampilan"
Semoga bermanfaat, silahkan bagikan artikel ini. Mohon berkomentar yang relevan, tinggalkan saran, atau masukannya